Monday, June 14, 2010

Group A – Match Day 1

South Africa 1:1 Mexico

Goal: 55" Tshabalala(SA)

           79" R.Marquez (MEX)

Di perhelatan Piala Dunia 2006 kemaren Phillip Lahm membuka piala dunia dengan sebuah gol indah terukur ke pojok gawang untuk tuan rumah, maka kali ini Piala Dunia 2010 juga dibuka oleh sebuah gol indah dari pemain tuan rumah kreasi Siphiwe Tshabalala (nama yang sangat ngejelimet) dan dirayakan dengan sebuah tarian khas Afrika yang menurut saya lebih gaya berubahnya Power Rangers. 



Meksiko dengan gaya permainannya yang unik, perpaduan antara gaya sepakbola latin dan eropa daratan mendominasi Afsel sepanjang pertandingan dengan Giovanni dos Santos sebagai motor serangan yang berkali-kali mengancam gawang Afsel dengan pergerakan yg mobil. Penampilan spektakuler kiper Afsel Khune dan juga penyelesaian akhir Vela dan Franco yang buruk berhasil memastikan gawang Afsel tidak kebobolan terlebih dahulu. Satu hal yang tidak dimengerti adalah dengan skill individu dan kualitas permainan seperti ini, kenapa dos Santos bisa gagal bersinar di Barcelona dan Tottenham. 

Setelah babak pertama keteteran menghadapi Mexico, Afsel akhirnya berhasil menciptakan gol pertama di Piala Dunia dengan sebuah serangan balik cepat dan diselesaikan dengan indah oleh Tshabalala sebelum kemudian disamakan oleh Marquez dengan mengekspos pertahanan Afsel yang buruk. 

 Overall, Afsel beruntung bisa memungut hasil seri melawan Mexico sehingga memperpanjang rekor tidak pernah terkalahnya tuan rumah di partai pembuka sejak pertama kali Piala Dunia digelar; dan Mexico juga geregetan kenapa gagal menghasilkan lebih dari satu gol termasuk gol yang dianulir di babak pertama karena offside meski berhasil mendominasi penguasaan bola dan pertandingan.


Uruguay 0:0 France


Pertandingan di Piala Dunia akan disebut membosankan jika kedua tim gagal menghasilkan sebiji gol pun selama 90 menit dan kedua mantan juara dunia ini menghasilkan sebuah pertandingan yang sangat membosankan untuk para pemirsa Indonesia yang sudah bela-belain bangun di tengah malam untuk menonton pertandingan antara dua mantan juara dunia ini. 


Perancis dengan sejumlah talenta yang bersinar di tingkat klub musim ini dengan Ribery yg berhasil membawa Muenchen menjadi finalis Liga Champion, Gourcuff yang menjadi otak permainan Bordeoux dlm merebut titel Liga Perancis tahun 2009, Anelka yang menjadi ujung tombak Chelsea yang menyabet double winner di Liga Inggris musim ini serta Patrice Evra yang menjadi starter hampir di setiap pertandingan MU; tetapi gagal menyatukan keseluruhan talenta individu itu ke dalam sebuah permainan tim yang sebelumnya menjadi icon permainan Perancis saat menjadi juara dunia 1998. Ribery gagal menemuka sentuhan emas nya, Anelka tidak mendapatkan sodoran bola dari tengah, Gourcuff masi terlalu pagi disebut sebagai the next Zidane, Thierry Henry gagal menggunakan ‘tangan nya untuk menciptakan gol untuk memenangkan Perancis 


Masalah terbesar di tubuh Perancis adalah di pelatihnya Raymond Domenech yang memilih pemain berdasarkan zodiac dan tanggal lahirnya. 

Uruguay di sisi lain memiliki tandem barisan penyerang yang paling haus gol di Liga Eropa dalam tubuh Luis Suarez yang menjadi topskor Liga Belanda musim ini dengan 35 gol dan Diego Forlan yang menjadi topskor Liga Spanyol musim lalu yang seharusnya menjadi tandem yang sangat menakutkan bagi bek-bek Perancis. Kenyatannya selaen Diego Forlan yang berhasil menciptakan beberapa peluang gol, Suarez sama sekali tidak berkutik dalam pertandingan ini.

Hasil seri di dua pertandingan awal menunjukkan kualitas keempat tim Group A sangat merata dan masih susah untuk diprediksi tim mana yang akan lolos ke babak berikutnya dengan keempat tim masih bermain dengan sangat hati-hati sekali serta mengintip peluang di balik kesalahan pesaing lainnya.


World Cup Highlight – Day 1 Download

2 comments:

Anonymous said...

rugi bgt ntn nih pertandingan =.= , mnrt pemain prancis yg konsisten wkt lwn uruguay cmn Diaby n evra , yg lain bermain seakan tnpa tujuan =.= , by:peter

BeGe26 said...

Perancis di pertandingan ini lebih mengandalkan kemampuan individu pemainnya daripada kolektivitas permainan yang selama ini menjadi trademark Perancis di bawah komando Zidane.