Monday, June 14, 2010

Group C – Matchday 1

England 1 : 1 USA
 
Goal: 3” Steven Gerrard (ENG), 40” Clint Dempsey (USA)

Inggris, senantiasa disebut-sebut sebagai favorit juara dalam setiap perhelatan Piala Dunia, dari zaman David Platt, Gary Lineker, Alan Shearer, David Beckham, Michael Owen sampai sekarang Meski mereka hanya pernah juara sekali di tahun 1966 di kandang sendiri, dan football never really come home ever since, mereka senantiasa ditempatkan di tangga paling atas bursa juara dunia. Tahun 2010 kembali Inggris disebut memiliki generasi emas yang layak untuk menjadi calon juara dunia, barisan bek kelas wahid, barisan gelandang yang aduhai dan Wayne Rooney serta level kiper yang sangat mumpuni dalam membuat blunder. Serangkaian masalah menimpa tim Inggris sebelum Piala Dunia bergulir, diawali dengan kasus selingkuh John Terry yang hanya bisa disaingin Ariel Peterpan membuat dia harus merelakan ban kapten Inggri, kemudian tercoretnya sang anak ajaib Theo Walcott sampai kepada kambuhnya rematik punggung Rio Ferdinand yang membuat ban kapten Inggris layaknya video panas Ariel yang digilir dari satu tangan ke tangan lain dan terakhir jatuh ke tangan Steven Gerrard, yang menjawabnya dengan sebuah gol brilliant di awal pertandingan yang sempat membuat kita berteriak: “It is the time for football come home!”



sebelum akhirnya ditutup oleh Robert Green dengan lelucon abad ini.
 

Wajarlah jika pria tertampan di balantika dunia sepakbola ini menunjukkan ekspresi demikian.


Sedari awal pertandingan, Fabio Capello sendiri kurang yakin dengan starting line-up yang akan diturunkan terutama di posisi kiper, David James yang belum fit, Robert Green yang tidak in-form selama musim ini atau Joe Hart yang terpilih sebagai kiper terbaik musim ini tapi masih terlalu muda. Capello sendiri bertaruh dengan mencantumkan nama Robert Green sebagai kiper utama yang kelak akan membuat dia jadi legenda dengan sebuah lelucon yang mungkin hanya bisa ditandingi gol tangan tuhan-nya Maradona. Well done, Green! Selain kiper, Capello sendiri mengalami kegamangan untuk posisi sayap kiri, selama ini jika Gareth Barry fit maka formasi 4-5-1 akan dimainkan dengan Barry sebagai gelandang bertahan, Lampard gelandang serang dan Gerrard digeser ke kiri ataupun sebagai second striker di belakang Rooney. Dengan absennya Barry dan penampilan Carrick yang angin-anginan, Capello terpaksa mencari aman dengan memainkan formasi pakem sepakbola 4-4-2 dengan duo Lampard-Gerrard di tengah disokong Aaron Lennon di kanan serta James Milner di sayap kiri. Pemilihan Milner di kiri menjadi bumerang untuk Capello karena bukan hanya demam panggung, tapi Milner bermain sangat emotional sekali sehingga babak pertama baru berjalan 20an menit dia sudah mengantongi selembar kartu kunung serta beberapa kali peringatan dari wasit. Alhasil, sebelum babak pertama berakhir, dia sudah harus ditarik keluar dan digantikan dengan Shaun Wright-Phillips. Lagi-lagi ini bukanlah sebuah pilihan yang cerdas, mengingat SWP sepanjang karirnya hanya di pertandingan antar kampung-kampung baru dia pernah beroperasi sebagai sayap kiri. Capello menolak untuk memanggil Ashley Young, winger yang bersinar bersama Aston Villa atau Adam Johnson, sayap kiri yang hampir membawa Manchester City berlaga di Liga Champion musim depan. Anomaly performance yang terjadi jika Lampard dan Gerrard dimainkan bersamaan sebagai gelandang serang adalah 1+1 selalu lebih kecil sama dengan 1. Ini adalah sebuah rumus yang mungkin Albert Einstein pun akan mengalami kesulitan dalam menjelaskannya. 
Mengesampingkan gol ‘indah’ USA yang dihadiahkan Robert Green, dang yang sekarang digunakan sebagai merk terbaru kondom di Inggris dengan tag line: “Rob Green`s kondom, it is way too slippery and you`ll never catch on anything.” USA secara keseluruhan bermain dengan sangat baik, terutama barisan pertahanan yang dikawal oleh Oguchi Oneywu yang sangat disiplin dalam meredam Emile Heskey yang memang tidak berbahaya dan Wayne Rooney yang berbahaya tapi keliatan tidak berbahaya. Juga, kecepatan Landon Donovan, Clint Dempsey dan Jozy Altidore sempat membuat barisan belakang Inggris keteteran dan pendukung Inggris hampir ngompol di celana sebelum kembali diselamatkan oleh tiang.
Barisan belakang yang keteteran menghadapi kecepatan pemain USA, barisan tengah yang kurang kreatifitas dan variasi serangan, pemain sayap yang sangat cepat dalam membawa bola dari pinggir lapangan sampai keluar lapangan, serta Wayne Rooney yang berusaha memecahkan mitos tidak pernah mencetak gol di ajang Piala Dunia.

Mungkin kembali fit-nya Gareth Barry akan memberikan sebuah jawaban sementara atas kondisi akut tim calon juara kita serta masuknya Joe Cole sedikt banyak akan memberikan sentuhan ajaib dan variasi serangan dalam kemonotonan Inggris. Dan, harapan yang terakhir semoga kondom Rob Green bisa laku di pasaran.


Slovenia 1 : 0 Algeria
 
Goal: 80” Koren

Pertandingan yang berjalan sangat lamban dan cenderung membosankan sampai striker Aljazair mendapatkan kartu merah, peta kekuatan mulai timpang sebelah ke arah Slovenia dan alhasil kapten Slovenia Koren berhasil menciptakan gol kembali lewat ‘atraksi’ konyol kiper Aljazair yang menyerupai kekonyolan kiper Inggris beberapa jam sebelumnya. Di pertandingan berikutnya antara Inggris vs Aljazair, salah satu yang patut ditunggu adalah adu kekonyolan antara kiper kedua tim yang menjadi salah satu daya tarik Group C ini.

No comments: