Thursday, June 24, 2010

God Save England, Again (Part 2)

Adalah sangat tidak adil jika penampilan ala tim mediocre-nya Inggris dilemparkan hanya kepada kepemimpinan Steven Gerrard seorang, karena pelatih Fabio Capello juga adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Inggris memperlihatkan penampilan menyakinkan di babak penyisihan grup. Hanya sanggup mencetak 2 gol dalam 3 pertandingan melawan tim sekelas Slovenia, Algeria dan USA untuk tim yang dipenuhi oleh gelandang haus gol semacam Frank Lampard, Steven Gerrard dan striker eksplosif Wayne Rooney jelas adalah sebuah kegagalan.
Fabio Capello dengan sangat konservatif menurunkan formasi 4-4-2 di ketiga pertandingan penyisihan grup. Di pertandingan melawan USA, susunan gelandangnya adalah Lennon-Lampard-Gerrard-Milner menopang duet striker Rooney-Heskey. Dan bisa ditebak, Gerrard bersinar di awal pertandingan dan Lampard melempem sepanjang pertandingan. Barisan pertahanan Inggris kekurangan cover dari lapangan tengah karena Lampard-Gerrard keasikan menyerang, ditambah lagi sisi kanan yang ditempati Glen Johnson yang sering naik menyerang dan telat  balik ke posisinya. James Milner kelihatan demam panggung di ajang sebesar ini sehingga dia mesti diganti dengan SWP bahkan sebelum babak pertama selesai. Aaron Lennon hanya bisa lari, lari dan lari tanpa bener-bener melakukan terobosan yang berbahaya. Pemanggilan Emile Heskey ke timnas sejak pertama kali sudah menuai banyak kritikan dan tanda tanya, apalagi dia diturunkan sebagai starter di dua pertandingan awal. Dari kesemua pemain yang dibawa Capello ke Afsel, Heskey yang paling sedikit menit bermainnya di klub nya (Aston Villa), pemain lainnya kesemua adalah pemain reguler di klub nya masing-masing. Bicara jumlah gol, seorang Glen Johnson yang notabene nya adalah bek sayap saja mencetak gol lebih banyak daripada dia di musim ini. Capello berargue bahwa Heskey bisa menjadi penyuplai bola untuk Rooney dan menjadi ancaman dengan keunggulan postur tubuhnya. Tapi, jika memang perlu fungsi demikian masih ada Peter Crouch dengan postur yang menjulang, plus Crouch mempunyai skill serta insting mencetak gol yang jauh lebih bagus dari Heskey. Apalah artinya seorang striker jika tidak sanggup mencetak gol. Saya berusaha bersikap objektif, tapi saya sampai sekarang tidak bisa menemukan sebuah justifikasi kenapa Heskey bisa ikut ke Piala Dunia, bahkan menjadi starter pula! Saya tidak bermaksud menghiraukan  peranan Heskey dalam memberikan assist kepada Gerrard untuk mencetak gol pembuka melawan USA, tapi sebuah peluang di babak kedua saat dia tinggal berhadapan one-on-one dengan kiper kembali meragukan saya, tembakan yang sepenuhnya mengarah ke pelukan kiper tanpa ada  intention untuk mencungkil bola, melewati kiper atau melakukan tembakan ke sudut mati kiper. Tepat ke pelukan kiper, saudara-saudara sekalian!! Ohya, Robert Green tidak masuk dalam pembahasan kali ini, kita harus memaklumi dia karena dia masih sangan ‘hijau’.

Di pertandingan kedua melawan Algeria, kita mengharapkan Capello mendapatkan pelajaran dari pertandingan pertama dan menurunkan formasi terkuat Inggris dan apa yang dilakukan Capello? Inggris kembali turun ke formasi pakem mereka 4-4-2 dan kali ini lini tengah mereka dihuni Gerrard-Barry-Lampard-Lennon dengan duet striker masi Rooney-Heskey. Gerrard beroperasi di sayap kiri dan Lennon di sayap kanan. Hasilnya, Gerrard lebih sering main ke tengah, tumpang tindih dengan Lampard dan mereka berdua menghilang dari permainan. Sayap kiri Inggris kosong, sayap kanan Lennon lebih banyak dioverlap oleh Glen Johnson yang keseringan naik menyerang. Wayne Rooney sama sekali off-form, penampilan eksplosif dia sama sekali hilang tak berbekas, kontrol bola terlalu sering direbut lawan, tidak mampu menahan bola sembari menunggu bantuan dari lini kedua adalah verdict yang dijatuhkan kepada seorang Wayne Rooney. Heskey? Sudahlah, saya juga sudah menggangap Inggris hanya main dengan 10 pemain di lapangan. Sepanjang babak pertama, Inggris lebih banyak ditekan oleh Algeria yang banyak menekan melalui bek sayapnya. Ball possesion sepanjang babak pertama lebih memihak ke Algeria. Melihat penampilan tim nya seperti ini, Capello sama sekali tidak melakukan perubahan di halftime dan memainkan permainan yang sama. Lapangan tengah Inggris dikuasai oleh Algeria, Inggris kembali ke zaman purbakala memainkan sepakbola kick n rush. Bola dari kiper ditendang ke depan dan pemain depan berlari2 mengejar bola. Pergantian pemain baru terjadi di menit 70an dengan mengganti Lennon dengan SWP, pergantian yang tidak banyak membantu karena masalah terutama yakni ball possession yang kurang tidak terobati. Alih-alih memasukkan lebih banyak striker untuk menyerang atau gelandang yang bisa mengontrol bola semisal Joe Cole atau Jermain Defoe, dia mengganti Heskey dengan Crouch di menit-menit akhir pertandingan seolah-olah menunjukkan hasil 0-0 dgn Algeria itu adalah sebuah hasil yg bagus. HELLLO!! Ini tim Inggris, calon juara yang anda tangani! Main seri 0-0 dengan Algeria dengan ball possession yang kalah adalah sebuah malapetaka!! (Tolong translate kalimat terakhir ini ke dalam bahasa Italy). It really pissed me off by the time I saw this subsitution. Tak heran, Inggris menghadirkan sebuah pertandingan yang paling membosankan sepanjang turnamen ini berlangsung.

Dengan hasil dua kali seri ini, Inggris berada di ujung tanduk untuk bisa lolos ke babak selanjutnya. Inggris berada di urutan kedua setelah Perancis untuk dijadikan sebagai bahan tertawaan di Piala Dunia. Iya, benar Jerman dan Spanyol bahkan kalah, Inggris masih belum terkalahkan. Jerman kalah karena mereka kekurangang 1 pemain sejak babak pertama, mereka masih sanggup mendominasi permainan tapi penampilan heroik kiper Serbia menggagalkan semua peluang gol mereka termasuk penalti. Spanyol kalah dari Cili tapi berhasil menguasai bola dengan perbedaan mencolok 60-40 serta beberapa kali peluang emas disia2kan pemain Spanyol sendiri.  Inggris? Satu kata: Memalukan!

Di pertandingan terakhir melawan Slovenia, kembali Don Fabio menyajikan formasi 4-4-2 dengan tanpa menghiraukan saran dari berbagai pihak untuk memainkan Joe Cole sedari awal. Lini tengah dihuni oleh Gerrard-Lampard-Barry-Milner dengan duet striker Rooney-Defoe. Gerrard kembali diplot di sayap kiri. Milner masih keliatan demam panggung di awal2 pertandingan sebelum sebuah crossing nya berhasil disentuh oleh Jermaine Defoe untuk masuk ke dalam gawang dan sedikit meringankan tekanan para pemain Inggris yang harus menang untuk lolos. Penampilan Inggris di akhir babak pertama dan awal babak kedua sempat menunjukkan kualitas permainan yang dimiliki oleh sebuah tim calon juara sebelum sebuah peluang emas di depan gawang disia2kan oleh Wayne Rooney yang juga membuat Inggris kembali ke permainan yg membosankan dan hanya berusaha mempertahankan skor 1-0. Slovenia sempat memanfaatkan kesempatan ini dengan melakukan terobos ke kotak penalti Inggris. Penampilan heroik dari John Terry dan Matthew Upson yang akhirnya membuat Inggris tidak harus angkat koper terlebih dahulu. Kemenangan dengan penampilan yang miris. Masuknya Joe Cole di 15 menit terakhir hanya untuk menghabis2kan waktu dan berlari-lari kecil di lapangan tanpa memberikan impact berarti kepada Inggris yang sudah memutuskan untuk bertahan total. Sungguh memalukan untuk Inggris harus bermain bertahan total melawan negara terkecil di Piala Dunia 2010 baik dari segi luas wilayah maupun populasi. Well done, Don Fabio! Anda berhasil menyulap Inggris dari sebuah tim buangan menjadi tim favorit juara dan kemudian kembali menjadi tim abal-abal.  

Jika di pertandingan pertama, Capello bisa berargumentasi bahwa kesalahan konyol kiper Robert Green mempengaruhi mental bertanding tim di sisa pertandingan, mungkin kita bisa menerima hasil 1-1 dengan USA. Tapi di pertandingan melawan Algeria, Capello terlihat belum menyadari adanya kelemahan di dalam formasi Inggris. Ok, kita tahu dari tahun 2004 sampai dengan sekarang, masalah ‘1+1 lebih kecil dari 1’ nya Gerrard-Lampard tidak pernah terselesaikan, dan saya juga tidak akan membahas masalah lagi dan lagi. Capello sempat menemukan sedikit titik terang menyangkut masalah ini, yakni menempatkan seorang holding midfielder di belakang kedua gelandang ini, Gareth Barry, Michael Carrick atau Owen Hargreaves. Penempatan holding midfield ini membebaskan Lampard-Gerrard karena mereka bisa fokus untuk menyerang dan mencetak gol, untuk urusan bertahan bisa diserahkan kepada Barry. Sekilas ini menyajikan solusi yang telah lama ditunggu-tunggu oleh Inggris. Tapi penempatan 3 gelandang ini otomatis membuat Inggris harus mengorbankan formasi konservatif mereka 4-4-2 dan beralih ke 4-3-3 ataupun 4-5-1. Inggris belum siap untuk mengorbankan sayap mereka, karena itu adalah gaya permainan mereka sedari dulu.  Menurut saya, formasi terbaik yang dimiliki Inggris adalah formasi ofensif 4-3-3 untuk melawan tim yg lebih lemah yang fleksibel untuk menjadi 4-5-1 jika melawan tim kuat yang membutuhkan pressing ketat sedari lapangan tengah dengan menarik mundur ke tengah kedua winger.
Formasi 4-3-3
GK: James
Bek: Glen Johnson – John Terry-Jamie Carragher/Michael Dawson-Ashley Cole
MID:Gareth Barry
MID:Frank Lampard – Steven Gerrard
FW:Aaron Lennon/James Milner-Wayne Rooney-Joe Cole

Formasi 4-5-1
GK: James
Bek: Glen Johnson – John Terry-Jamie Carragher/Michael Dawson-Ashley Cole
MID:Gareth Barry
MID:Aaron Lennon/James Milner-Frank Lampard – Steven Gerrard-Joe Cole
FW:Wayne Rooney

Formasi ini jelas akan mengeluarkan kemampuan terbaik dari para punggawa The Three Lions. Frank Lampard dan Steven Gerrard terbiasa main di klub dengan posisi sebagai gelandang lini kedua yang lebih fokus menyerang dan membiarkan urusan bertahan diserahkan kepada seorang holding midfield di belakang nya; Michael Essien/John Mikel Obi di Chelsea dan Javier Mascherano di Liverpool, maka di sini Gareth Barry yang berfungsi sebagai jangkar tim. Kualitas utama dari kedua gelandang haus gol ini baru bisa benar-benar dimaksimalkan. Aaron Lennon menawarkan kecepatan dan dribel bola prima di sisi kanan, Joe Cole menawarkan control bola sempurna dan passing-passing tak terduga dengan James Milner atau SWP menawarkan opsi lain jika satu di antara mereka kecapean. Tusukan Glen Johnson dan Ashley Cole dari sisi sayap akan menghadirkan banyak crossing2 atau sekedar membuka ruang gerak kepada sayap2 Inggris. Wayne Rooney juga terbiasa main sebagai lone striker di formasi 4-5-1 nya MU musim ini yang membuat dia hampir menyabet topskor Liga Inggris jika saja dia tidak cedera di akhir musim. Kecepatan dan daya dobrak Wayne Rooney bakal merepotkan serta memancing 1-2 pemain lawan menempel ketat dia sehingga memberikan ruang tembak kepada Gerrard dan Lampard dari lini kedua.
Hanya satu kata: SEMPURNA!

Tapi bagaimana caranya supaya Fabio Capello juga tahu formasi ini?

No comments: