Saturday, December 26, 2009

What I want for Christmas is Movie

Ketika kecil, aku senantiasa menyukai bulan Desember, bulan yg senantiasa identik dengan liburan, bolos kelas untuk ikut paduan suara acara natal yg aku kebanyakan lipsync, bingkisan natal berisi snack2 terpopuler zaman itu, kartun-kartun Christmas yg diulang-ulang terus setiap tahun dan mimpi bahwa suatu hari aku bisa melewati Natal dengan salju.

Desember juga senantiasa merupakan bulan di mana bukan hanya mall dan plaza mengadakan acara SALE, tapi juga rumah sakit bersalin di seluruh dunia mengadakan diskon yg tidak kalah gedenya sehingga kalender Hape aku yang canggih ini senantiasa penuh dengan ultah manusia2 yg berhubungan dengan aku. Tentu, di dalam dunia yg kita hidup sekarang, semua orang melihat Birthday adalah satu hari dalam setahun yg paling dinanti-nantikan, karena di saat itulah kita mulai bertindak irrational dengan mengharapkan kado dari orang lain dengan imbalan makan-makan di restoran yg harga bill-nya mungkin jauh lebih mahal dari kado yg diterima. Well, mungkin ada baiknya kita tidak menilai sebuah kado dari harganya ataupun dari ukurannya ataupun dari jumlah orang yg kongsi membeli kado tersebut. Kado adalah kado. Otak kita terprogram untuk bereaksi dengan memberikan kegembiraan berlebihan ketika kita mendapat Kado dan memberikan rasa kecewa yg berlebihan jika kita tidak mendapatkan Kado. Ultah harus ada kado, Tahun Baru harus ada kado, Natal harus ada kado, Valentine harus ada kado, bayi lahir harus ada kado. Tidaklah heran jika pengeluaran aku setiap bulan dibuat dalam sebuah diagram batang, maka batang untuk Desember akan keliatan jauh lebih gagah, besar, tegap dan panjang (hey, stop right there! it sounds so wrong).

Anyway, bulan Desember ini adalah sebuah bulan penentuan buat aku dalam menentukan masa depan aku, ke mana aku akan melangkah dan bagaimana aku akan melangkah. I`ll leave this topic to next posting. Christmas Eve tahun ini, jika ada yg kepengen tau aku bagaiman lewatinnya dan mungkin juga sama sekali tidak kepengen tau, just FYI aku habiskan dengan menonton maraton. Yang dimaksud dengan menonton maraton tentu saja bukan artinya menonton lomba lari maraton, apalagi menonton sambil lari maraton. Yang dimaksud di sini adalah menonton tiga film sekaligus dalam 2 hari. Avatar, dilanjutkan dengan Sherlock Holmes dan ditutup dengan Alvin & The Chipmunks 2 serta hampir saja dilanjutkan dengan Princess & The Frog.

Menjadi kebiasaan aku dan juga sebagian besar orang untuk mensharing feeling, perasaan, review serta analisis asal2an setelah kita habis menonton sebuah film. Dan bagi yg belum nonton serta berencana untuk nonton ketiga film itu dalam waktu dekat, maka cukup sampai di sini mata anda bergerak dan melanjutkan kegiatan browsing anda ke page yg lain. Merry Christmas untuk anda yg sudah dan akan baca sampai di sini saja.

Avatar, sebuah film sci-fi dari seorang sutradara terbesar abad ini yg berhasil menelurkan film terlaris sepanjang abad ini juga yang mengambarkan bahwa para script writer uda kehabisan ide dan bahan untuk digarap di planet bumi sehingga pusat cerita mesti dialihkan ke sebuah planet jajahan baru manusia. Pandora. Di samping tentu saja special effect, art performance, visual effect serta teknologi mutakhir yg dieksploitasi besar-besaran, dan komunitas makhluk biru berekor, berambut yg bisa juga berfungsi sebagai USB port; alur cerita Avatar sedikit terkesan membosankan dengan akhir cerita yang terlalu gampang ditebak. Cerita tentang manusia kota dgn teknologi yg jauh lebih canggih ingin untuk menguasai lahan yg dikuasai oleh manusia yg lebih primitif dan kemudian dengan segala perjuangan serta sedikit bantuan alam berhasil mengusir para penjajah tersebut aku merasa tidak jauh beda dengan film Tarzan atau mungkin Pochantas. Bedanya, Tarzan dan Pochantas adalah film yg menawarkan fantasi untuk anak-anak sedangkan Avatar adalah film yg menawarkan fantasi untuk semua kalangan yg budget gila-gilaan tentu sangatlah pantas cukup membuat seruan seperti "Avatar is really a great movie", "Avatar is awesome" bertebaran di seluruh status facebook serta menjadi trending topic di twitter.

Sherlock Holmes, sebuah film yg bersumber dari sebuah karakter fiktif legendaris ciptaan Sir Conan Arthur Doyle yg menjadi sumber inspirasi untuk banyak novel,komik, dan literatur yg bertemakan detektif di kemudian hari. Strictly speaking, if not because of Robert Downey Jr. that singlehandedly save this movie, this movie not even worth to review. Jika bukan karena karakter Holmes yg diperankan dia dengan akting sedemikian memikat dan menawan, maka film ini sama sekali tidak bakal sanggup nangkring lama di box office. Film besutan Guy Ritchie ini kurang memperhatikan detail penceritaan dan juga naskah cerita yg terlalu panjang serta menggunakan kata-kata yg kurang familiar yg dimana merupakan unsur paling penting dari sebuah film yg bertemakan detektif apalagi untuk karakter Sherlock Holmes yang kita tau melalui novelnya adalah seorang yg sgt memperhatikan setiap detail. Karakter Holmes di film ini selain daya analisis tingkat tinggi yang masih bisa sedikit memberikan kesan yg sama dengan karakter yg di novel, sisanya sama sekali tidak bisa dikategorikan sebagai film detektif. Karakter Watson juga sangat lemah di film ini. Penyelesaian dan jawaban dari kasusnya supaya ada pertanggungjawaban sempurna kepada penonton banyak scene yg terkesan sangat dipaksakan dan mubazir. Tapi, sekali lagi Robert Downey Jr. kembali dengan akting yg sempurna untuk film yg dibesut dengan tidak sempurna. Layak untuk ditonton tapi jangan berharap terlalu banyak.

Alvin & The Chipmunks 2, sebuah film tentang chipmunks yg bisa nyanyi,nge-dance dan di sekuel nya sudah bisa sekolah, play futball, bahkan ngebut dengan moge (tentu saja, moge ukuran chipmunks) serta ditambah dengan kemunculan karakter tambahan yg bernama cipet, ah maksud aku, chipettes yg juga sama-sama bisa bicara, nyanyi, dance, serta dikirim lewat paket FedEx dari hutan antah belantara. Film keluarga yg cocok dinonton rame-rame seluruh anggota keluarga dengan dilantunin lagu-lagu hits yg dicemprengin suarannya karena yg nanyi adalah chipmunks plus chipettes.

Review di atas murni adalah pendapat dan pandangan dari aku pribadi, dan seperti kata pepatah Rambut boleh sama hitam, tapi pendapat boleh berbeda-beda. Setiap orang pasti ada pendapat yang berbeda tentang sesuatu hal, atau dalam hal ini film dan aku akan sangat menghargainya jika ada yang pengen bertukar pikiran dengan aku mengenai hal tersebut.
May the spirit of sharing joy and kindness overwhelming your Christmas!
Merry Christmas, everyone!

Friday, October 30, 2009

Gempa; Bencana atau Gegabah?

Hanya berselang tidak lebih dari 3 bulan, aku kembali mengunjungi ibukota Negara dengan tujuan dan misi yang tidak perlu aku paparkan di sini (aku mengerti keterbatasan waktu anda untuk membaca postingan ini) dan kali ini juga tidak hanya TA yg berhasil dikungjungi. Hehe.

Satu hal yg menarik yg aku alami di sana adalah sempat terjadinya gempa dengan kekuatan menengah pada suatu sore dengan pusat gempa nya dikabarkan berada di sekitar daerah Banten, Jawa Barat. Sempat terjadi kepanikan massa dengan pemandangan para pegawai kantoran tingkat tinggi, pengunjung rumah dan warga kebanyakan berhamburan keluar serta sibuk telepon/sms/BBM/FB sana sini untuk memastikan para sanak saudara, handai taolan, temen-temennya sekalian aman-aman saja. Mungkin kita masih trauma dengan berita gempa hebat yg melanda saudara-saudara kita di Padang pertengahan September lalu, di mana ribuan bangunan roboh, ratusan org kehilang nyawa, ratus ribuan orang menderita luka-luka maupun kehilangn tempat tinggal. Setiap terjadi bencana alam, para pemerintah dan kemudian diaminin oleh warga, bahwa itu adalah kehendak dari Yang Di Atas, cobaan dari Yang Maha Kuasa; atau para paranormal/orang pinter/dukun berasumsi bahwa ini adalah kuasa jahat yg kemudian bisa dengan gampang di-politisasikan. Maka terdengerlah ucapan yg menghubungkan peristiwa bencana alam dengan terpilihnya SBY sebagai presiden, karena kebetulan pada taon 2004, di awal kepemimpinan beliau terjadi Bencana Tsunami di Aceh yg merenggut ribuan jiwa dan triliunan rupiah kerugian material dan bathin, disusul gempa hebat di pertengaha Mei 2006 yang melanda Kota Jogjakarta kemudian “portofolio” beliau ditambah dengan gempa Padang 2009 ini, hingga ada yg nyelutuk singkatan SBY itu: “ Selalu Bencana Ya”.

Kita sedari SMP pelajaran Geografi sudah diajarin bahwa Kepulauan Indonesia terletak di pertemuan di 3 lempeng tektonik, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifk, yg berarti di belahan dunia manapun terjadi gempa, Indonesia sebenarnya bakal merasakan gempa juga, tergantung seberapa jauh nya epicenter/titik pusat gempa itu dari Indonesia. Jadi, bole dibilang bahwa Indonesia sebenarnya adalah daerah yg sangat sangat rawan gempa, cuma selama ini memang belum ada gempa yg epicenter nya mendekati Indonesia sampai akhir tahun 2004 dengan ditandai tsunami di Aceh yg jg dipicu oleh pergeseran tektonik yg kemudian menyadarkan kita kembali bahwa Indonesia ini Negara rawan gempa.

Bener, pergeseran tektonik tanah adalah hal yg di luar kontrol manusia yang bakal terjadi sewaktu-waktu seiring bertambahnya usia bumi ini dan kita tidak mungkin bisa mencegahnya. Tapi yakinlah seyakin-yakinnya, kita tentu bisa mencegah tingkat kerusakan yg terjadi yang diakibatkan gempa itu, tentu ada tindakan preventif yang bisa dilakukan sehingga tidak perlu ratusan nyawa tersia-siakan yang bahkan sebagian besar mayat saja sudah tidak ditemukan lagi. Tidak, ini bukan saatnya kita dengan gampang ngomong ini adalah kehendak Yang Maha Kuasa; bukan pula saatnya kita dengan gamblang menyalahkan bahkan mengutuki Yang Maha Kuasa atas bencana yg terjadi. Tidak. Sama sekali Tidak. Kita tidak perlu mempertanyakan kepada DIA kenapa membiarkan ini terjadi, tapi yang mesti dipertanyakan justru adalah kenapa kita bisa tidak bisa mencegah, atau setidaknya meminimalisasikan kerusakan yg ditimbulkan gempa. Pandanglah ke utara, Jepang adalah negara kepulauan yang hampir setiap harinya diguncang gempa kecil, sedang maupun besar, tapi kapan terakhir kali kita mendenger ada kejadian gempa di Jepang yg mengakibatkan ratusan nyawa melayang dan ribuan bangunan roboh dengan kerugian bermilyar2an dollar? Tidak kan, karena mereka sudah melakukan segala tindakan preventif untuk bencana gempa. Tindakan preventif seperti apa yang kamu maksud? Some points that came across my mind that I wish to share, as following:

Pertama, pemerintah harusnya bisa menyusun semacam Evacuation Response Plan atau Emergency Response Plan yg diwajibkan kepada setiap bangunan yang bertujuan untuk menyuluhkan kepada warga atau penduduk yg beraktivitas di dalam bangunan, terutama bangunan bertingkat, bagaimana cara bereaksi, berlindung maupun melarikan diri yg benar dan tepat apabila terjadi gempa. Ini persis sama seperti safety demo yg diwajibkan di setiap penerbangan komersil. Jika di penerbangan komersil, peraturan ini bisa dipaksakan, kenapa tidak dalam program pencegahan gempa. Setidaknya ini bakal membuat para warga mengerti bagaimana cara menyelamatkan diri dengan cara yang tepat di tengah kepanikan yang melanda dan tentu saja akan memudahkan tim SAR/Polisi/medic dalam mengevakuasi warga dari lokasi gempa.

Kedua, pembangunan bangunan anti-gempa yang tidak harus berteknologi canggih seperti bangunan di Jepang atau Taiwan, tapi at least dengan structure bangunan yang lebih kokoh bisa menahan getaran gempa lebih lama sehingga memungkin para warga yg ada di dalam bangunan mempunyai waktu yg cukup untuk berevakuasi. Well, yakinlah Indonesia banyak Engineer2 handal, terutama Civil Engineer/Architect yang sanggup membuat design bangunan dengan structure anti gempa yg cukup mumpuni. Jika di dunia IT dikenal istilah open source, dimana para software developer ngembangin code yg kemudia dishare secara di antara sesama programmer untuk kepentingan ilmu pengetahuan, mungkin design bangunan anti gempa ini bisa juga disharing dengan cara demikian dan biarkan setiap engineer pemda punya akses untuk menggunakan design bersangkutan untuk membangun bangunan rumah penduduk di daerah masing-masing.

Mungkin para pembaca mempunyai masukan lainnya yang berguna untuk ditambahkan?
Ini hanya sebuah sharing singkat bagaimana untuk mencegah terjadinya gempa itu di luar kontrol kita tapi meminimalkan kerusakan akibat gempa itu sepenuhnya berada di bawah kontrol kita.

Nature never hinder our creativity and knowledge to make fun of natural disaster, not the other way around.

Tuesday, October 6, 2009

Bulutangkis, Olahraga Nasional Kita

Pernahkah anda bertanya-tanya: Mengapa Indonesia lebih hebat dalam bulutangkis ketimbang tenis? Bukankah intensif dalam tenis jauh lebih besar? Selain hadiah uang yang bisa didapat jelas jauh lebih banyak, olahraga tenis juga lebih dikenal di dunia international, sehingga lebih besar kemungkinan untuk menjadi atlet terkenal, yang berarti pemasukan lagi dari sponsor dan endorsement.
Kenapa kita lebih memilih bulutangkisa yang uangnya lebih sedikit?

Sedikit analisis 'nyeleneh' di bawah ini mungkin bakal membuat anda tersenyum di awal dan mengerutkan nadi serta manggut2 tanda setuju.

Lapangan tenis jauh lebih besar (Ukuran lapangan tenis 23,77 m X 10,97 m sedang ukuran lapangan bulutangkis 13,4 m X 6,1 m). Di akhir pertandingan misalnya, atlet tenis harus berjalan jauh dari baseline ke net hanya untuk bersalaman. Di bulutangkis jaraknya lebih dekat. Kita, orang Indonesia, tidak suka berjalan kaki terlalu jauh. Begitu harus menempuh jarak yg agak jauh (let`s say 10 mins walk), kita pasti otamatis akan naek motor, mobil atau mungkin tidak jadi pergi.

Pertandingan tenis terlalu lama. Rekor pertandingan tenis terlama tercatat di French Open 2004 yg menghabiskan waktu 6 jam lebih. Di bulutangkis, rekor pertandingan terlama yg pernah dicatat hanya 124 menit. Kita, orang Indonesia tidak suka berlama-lama. Kita, orang Indonesia, suka yg serba cepat, kilat dan instan. Ever wonder why Indomie is such a phenomenal in Indonesia?

Perhitungan skor tenis lebih sulit: memenangkan angka pertama, dapat skor 15. Menang lagi, dapat skor 30. Menang lagi, dapat 45? Tidak. Dapat 40, lho koq?! Yang 5 ke mana coba? Setelah itu, kalau memenangkan angka lagi jadilah game, kita dapat skor 1, dan yang 40 tadi jadi nol kembali. Lho? Lho? Menghitung skor bulutangkis jauh lebih mudah. Kita, orang Indonesia, tidak suka yang rumit-rumit, dan lebih suka yang mudah-mudah saja. Seperti kata mantan Presiden kita: " Gitu za koq repot?"

Di tenis , maksimum skor yg didapat adalah 7, itupun kalau tie break. Kalau tidak, maksimum cuman dapat 6. Di bulutangkis, sudah mainnya lebih cepat, dapat skornya pun lebih banyak, lebih enak kan? Kita, orang Indonesia, suka sesuatu dalam jumlah yg banyak, jumlah yg besar. Maka tidaklah heran banyaknya nol yg bertebaran di duit kertas kita.

Pertandingan tenis banyak dilakukan di luar ruangan dan bulutangkis senantiasa dilakukan di dalam ruangan. Kita, orang Indonesia, tidak suka berpanas-panas di luar. Itulah sebabnya tempat tongkrongan favorit kita adalah shopping mall yang ber-AC hampir di setiap sudut bangunan, bahkan juga WC. Kalau bisa enak di dalam ruangan ber-AC, ngapaen juga berpanas-panas ria di luar? Bau lagi.

Di bulutangkis, bila gagal menggembalikan bola, shuttle cock tidak akan jatuh jauh dari lapangan. Di lapangan tenis tidak begitu. Kalau kita gagal menggembalikan bola akan menggelinding jauh ke luar lapangan. Kita, orang Indonesia, tidak suka repot, jalan jauh2 hanya untuk mungut bola. Mbak!!ngambilin minum saya di kulkas dunk! Buru!!

Semakin hebat pemainnya, pertandingan tenis lama kelamaan semakin mirip dengan bulutangkis, dengan drop-shot, umpan menyilang di depan net dan smash sambil melompat. Di masa-masa awal Wimbledon teknik permainan semacam ini bisa dibilang tidak ada. Kalau memang tenis akan perlahan-lahan berevolusi menjadi bulutangkis, buat apa cape-cape belajar tenis? Kita, orang Indonesia, suka potong jalan, ambil jalur cepat dan langsung main bulutangkis saja. Jalur busway mbahmu!! Saya mau cepat, tolong minggir ya!!!


PS:postingan ini hanya sebuah obrolan singkat, santai, dan renyah, tanpa bermaksud sedikitpun mendiskreditkan para pahlawan bulutangkis kita yang sudah mengharumkan nama Indonesia di dunia. Wong, saya sendiri juga ikutan teriak di kala smash Taufik Hidayat jatuh di lapangan lawan .

Sunday, May 10, 2009

The Best Mistake I Ever Made

One step too far;
All at once I`m feeling like  a star, revolve just for you
Thought I could keep myself from feeling this way.
I guess that was my very first mistake.

Suddenly I walking down from dark street to your door.
Wanting you to drive me insane;
Instead, you drive me in safe.
And now my feet are standing, where they have never stood before
Guided by a twist of fate
That was my second mistake

What`s in your eyes when I look at you;
Two shadow talking but they don`t make any sense.
Words utterly lost their meaning now.
Put myself into your hands,
Thought that the time was right;
though I know timing never been right before
My third mistake was coming along.

Tomorrow proves me wrong (again),
I swear I don`t belong, I lie when I swear.
I lose myself and bare my soul,
Tofu will never been the same once fried

I`m so far gone, choices being made
Even if my heart should break
You`d be the best mistake I ever made



Inspired by Joanna Wang:


The Best Mistake I've Ever Made - 王若琳

Thursday, May 7, 2009

Relief


Human, just mortals that always careless,
Sometimes forget
to treasure, intend not to hurt
Sometimes
too hasty, forget that you needs spaces to breathe
Embrace, the tighter it was, the more profound the pain is

But reluctant to give it up

Had farewell be the only relief, let the final goodbye on me then.
Had sorrow cover you no more, leave the regret on me then.
Past was too subtle to form any memory;

Future will contain me not; and

Present is laughing at me

Loneliness always is friend of mine, part of me indeed

Me, struggling; better than both suffering.


Wednesday, January 14, 2009

Israel - Arab

An Israeli soldier who just enlisted asked the Commanding Officer for a 3-day pass.

The CO says "Are you crazy? You just join the Israeli army, and you already want a 3-day pass? You must do something spectacular for that recognition!"

So the soldier comes back a day later in an Arab tank!

The CO was so impressed, he asked "How did you do it?"

"Well, I jumped in a tank, and went toward the border with the Arabs. I approached the border, and saw an Arab tank. I put my white flag up, the Arab tank put his white flag up. I said to the Arab soldier, "Do you want to get a three-day pass? So we exchanged tanks!"